Minggu, 09 April 2017

4. APU GTCP85-129

Pengertian Auxiliary Power Unit (APU)

Auxiliary Power Unit (APU) adalah suatu gas turbine engine, yang menghasilkan tenaga electric dan pneumatic. Tenaga pneumatic yang dihasilkan oleh APU bertekanan sebesar 40 psi dengan temperature 3900 F – 4400 F sedangkan tenaga electric pada APU yang dihasilkan sebesar 115v  AC 400 Hz 3 phase. Tenaga pneumatic digunakan untuk air conditioning system yang berfungsi mendinginkan cabin dan bleed supply system untuk starting engine sedangkan tenaga electric pada APU digunakan untuk lighting system dan komponen yang ada pada control panel.APU terpasang pada ekor pesawat terbang yang terletak di bagian bawah seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 
                                                                             GAMBAR 1.
Saat on ground APU dapat menghasilkan electric dan pneumatic dalam waktu yang bersamaan, saat pesawat in flight APU yang digunakan secara bergantian, pada ketinggian 10000 ft atau 3050 m APU bisa menggunakan tenaga pneumatic dan electrical, pada ketinggian 10000 ft – 17000 ft atau 3050 – 5200 m hanya satu tenaga yang digunakan electrical atau pneumatic, dan pada ketinggian 17000 ft – 35000 ft atau 5200 m- 10700 m hanya tenaga electrical yang digunakan. Biasanya APU digunakan ketika pesewat on ground dan jarang dipakai ketika pesawat in flight, karena supply pneumatic dan electrical sudah didapatkan dari engine.

Prinsip Kerja APU

Sistem kerja APU pada dasarnya hampir sama cara kerjanya dengan engine pada pesawat yaitu  tiga proses kerja. Proses kompresi (compression), proses pembakaran (ignition) dan ekspansi (expansion). Ketiga operasi APU ini masing-masing terjadi di air intake, kompresor (compressor), ruang bakar (combustion chamber), turbine dan exhaust.
Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara atmosfir yang masuk ke dalam kompresor di mana temperatur udara tersebut juga naik. Udara bertekanan dari kompresor ini masuk kedalam ruang bakar (combustion chamber). Bahan bakar disemprotkan ke dalam combustion chamber yang di dalamnya terdapat udara bertekanan dan kemudian dinyalakan dengan suatu alat penyala (igniter) hingga terbakar.
Kompresor dan combustion chamber menghasilkan media kerja dengan energi yang tinggi, kemudian melakukan ekspansi dalam suatu turbine gas dan menghasilkan gaya poros. Media kerja adalah gas yang dipergunakan untuk menghasilkan kerja pada turbine yaitu gas hasil pembakaran di dalam ruang bakar. Dalam unit ini, energi kimia dari bahan bakar dirubah menjadi energi panas, kemudian dirubah menjadi energi mekanis.

Fungsi dan Proses Terjadinya Listrik

Fungsi listrik di pesawat terbang yaitu untuk mensuplai pengapian (ignition) dalam pembakaran campuran udara dan fuel untuk mengoperasikan engine, penyalaan lampu, instrument, navigation, dan communication. Dasar pemikiran listrik dimulai dari teori elektron menyatakan bahwa benda merupakan zat yang terdiri molekul dari bagian terkecil yang disebut atom. Atom merupakan partikel terkecil dari semua unsur yang sudah tidak dapat dibagi lagi secara kimia.

                                                                              Gambar 2 APU GTCP 85-129.

1.   Ignition System

Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system merupakan bagian yang sangat vital pada Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) 85-129, karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber tidak akan pernah terjadi.
APU ignition terdiri dari ignition unit, igniter plug dan igniter cable. Tiga komponen tersebut harus selalu dalam kondisi yang baik, jika salah satu komponen tersebut rusak atau tidak bekerja dengan baik, maka hal inilah yang menyebabkan kegagalan fungsi ignition system. Komponen location ignition unit, igniter plug dan igniter cable ditunjukkan pada Gambar 3.
                                                             

gambar 3. Komponen location ignition unit, igniter plug dan igniter cable
(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500).

2.   Ignition Unit


Ignition unit berfungsi untuk mengubah 28 Vdc menjadi arus listrik yang besar. Ignition unit terdiri dari transformer, vibrator, rectifier, booster coil dan capacitor. Gambar ignition unit ditunjukkan pada Gambar 4. Ignition unit dipasang pada turbine plenum posisi six o’clock. Lokasi ignition   unit Di tunjukan pada gambar 3. 

                                                                     Gambar 4. Ignition Unit  
                                  (Sumber: Aircraft Training Manual Boeing 737-300/400/500)

Gambar 5. Igniter plug
(Sumber: Aircraft Training Manual Boeing 737-300/400/500)

3.   Igniter Plug

Igniter plug memberikan spark yang besar dengan energy sekitar 18.000 volt untuk membakar campuran fuel dan udara di combustion chamber. Igniter plug dipasang di sisi depan dari combustion chamber seperti pada Gambar 5. Igniter plug terdiri dari outer casing, center electroda dan ceramic isulator. Spark dari igniter plug berupa electrik yang dihasilkan oleh center electroda yang dihubungkan dengan igniter cable. Gambar igniter plug ditunjukkan pada Gambar 5.

4.   Igniter Cable

Igniter cable memasok jalur low-resistance antara ignition unit dan igniter plug, igniter cable
berfungsi sebagai pengantar arus listrik yang disediakan ignition unit menuju igniter plug.

Cara Kerja

Ignition system di Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) 85-129 bekerja secara otomatis selama proses starting APU, ditunjukkan pada Gambar 6 ketika APU  engine mencapai rpm 10% ignition system energize dan ignition system de-energize ketika APU engine mencapai 95%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar system schematic manual yang ada di lampiran.

Pada saat 10% rpm atau sekitar ± 4.200 rpm APU engine, ignition unit energized, vibrator mensuplai 28 Vdc yang di transmitted ke transformer, transformer bekerja menambah voltage dan mengirimkannya melalui rectifier ke storage capacitor. Pada saat storage capacitor telah terisi penuh akan mengeluarkan gelombang arus intensitas tinggi ke primary winding dari booster coil, dan secondary winding dari booster coil akan mensuplai gelombang arus ke igniter cable, kemudian igniter cable mengirimkan arus tersebut menuju center electrode dari igniter plug yang menghasilkan 4-5 spark perdetik dengan energi sekitar 18.000 volt untuk membakar campuran udara dan fuel didalam combustion chamber.
Pada saat 95% rpm atau sekitar ± 39.900 rpm APU engine, ignition system de-energize secara otomatis, karena pada kondisi itu didalam combustion chamber mempunyai suhu yang tinggi dan tidak memerlukan lagi spark dari igniter plug untuk membakar campuran udara dan fuel secara continue (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500).

Gambar 6. Auxiliary Power Unit (APU) start sequence
(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

3.FADEC CFM56-7B


Mengenal  FADEC system

FADEC (Full Authority Digital Engine Control)  adalah sebuah system  yang  mengontrol  secara menyeluruh  operasional engine  dalam  merespon perintah (command inputs) dari pesawat (cockpit). Dan juga memberikan informasi   ke pesawat ( flight deck indication) termasuk  informasi  kondisi engine.

Fungsi  lain ;
• Dapat mengontrol bahan bakar , N1 dan N2. 
• Mengontrol parameter engine selama proses  ‘Starting  Engine ‘dan mencegah engine dari Hi  EGT  yang melebihi batas (Limits) Maximum yang diperbolehkan .
• Mengatur Thrust  berdasarkan  2 mode: manual dan autothrust. 
• Mengoptimalkan operasional engine dengan mengontrol  aliran udara compressor dan turbine clearances.
• Mengontrol  2  ‘thrust lever interlock selenoids’

Engine termodern sa’at ini umumnya sudah menggunakan FADEC system, untuk membahas lebih rinci lagi kita ambil contoh FADEC system pada engine CFM56 – 7B .

fadec sistem terdiri dari :
• Electronic Engine Control (EEC), yang berisi dua komputer yang identik,   yaitu   channel A   dan 
channel  B.
   EEC  berfungsi untuk mengontrol ,menghitung dan monitoring kondisi engine secara elektronik .
 • Hydro-Mechanical Unit (HMU), yang mengubah sinyal listrik dari EEC menjadi  tekanan hidrolik untuk   menggerakan valves dan actuators engine.
• Komponent  pendukung lainnya seperti valves, actuators dan sensors yang digunakan untuk control dan monitoring. 
Dual-channel .



sistem FADEC adalah suatu alat tes terpadu (Bite). Ini dapat melakukan tes sendiri dan  mendeteksi  kesalahan/kelainan internal dan juga eksternal. Hal ini dibangun atau di design dengan dua saluran/channel . Semua control inputs adalah ganda/dual . Valves dan actuators  dilengkapi dengan dua sensor untuk menyediakan EEC dengan feedback signals. Beberapa  indikasi parameter di-share dan semua parameter  monitoring adalah tunggal/single.
CCDL
Untuk meningkatkan kehandalan sistem, semua entri dari satu channel  dibuat available untuk yang lain, melalui CCDL(Cross Channel Data Link). Hal ini memungkinkan dua channel untuk tetap beroperasi bahkan jika salah satu dari kedua channel tersebut fail.

Aktif / Stanby

kedua saluran/channel, A dan B adalah identik dan permanen operasional, tetapi mereka beroperasi secara independen satu sama lain. Kedua channel selalu menerima inputs dan memprosesnya, tetapi hanya satu channel yang mengontrol  yang disebut active channel, mengirimkan output commands. Dan yang lain disebut Stanby-channel.

Channel selection and fault strategy 

Aktif dan standby channel  dilakukan pada EEC power-Up dan selama operasi. Sistem BITE mendeteksi dan mengisolasi kegagalan, atau kombinasi dari kegagalan, untuk menentukan ‘health status’ dari channel dan mengirimkan maintenance data ke pesawat. Aktive dan stanby channel berdasarkan perhitungan dari  kedua  health status-nya. Channel yg terbaik/healthiest dipilih sebagai Channel aktif. Ketika dua saluran/channel memiliki status yang sama (equal health status), aktif  atau stand by dipilih pada setiap engine start, jika N2 lebih besar dari 10.990 rpm sa'at running sebelumnya.

failsafe control

Jika active channel Fail dan  tidak dapat memberikan fungsi  kontrol  engine, fungsi  ini akan pindah ke posisi yang melindungi engine dan dikenal sebagai failsafe position. 
Untuk  mengontrol berbagai  engine system , EEC menggunakan proses yang disebut ‘closed loop control .command
EEC kemudian membandingkan Command dengan posisi aktual dari komponen (umpan balik) dan menghitung perbedaan posisi: 

Demand

EEC, melalui Electro-Hydraulic Servo Valve (EHSV) dari HMU, mengirimkan sinyal ke komponen (katup, aktuator) yang menyebabkan bergerak. Dengan gerakan system valve atau actuator, EEC memberikan umpan balik dari posisi komponen. Proses ini diulang sampai tidak ada lagi perbedaan posisi.

Kecuali untuk monitoring sensor ( single ), semua sensor adalah ganda/dual atau share. Untuk membuat semua perhitungan, masing-masing  channel menerima:

 - local value 
cross channel value, through the Cross Channel Data Link (CCDL)
Kedua value  ‘Pass’ melalui validation test program di setiap EEC channel. Maka value yang tepat untuk digunakan adalah dipilih berdasarkan validitas dari parameter. Meliputi ; 
- average of both values
 - local value
 - cross channel value



Dalam kasus kegagalan beberapa sensor,  model value,  dihitung dari parameter lain yang tersedia/selected . Ini adalah kasus untuk parameter seperti: T25 N1, N2, PS3,, T3, FMV, VBV, VSV dan umpan balik posisi. Untuk parameter lainnya, jika EEC tidak dapat memilih nilai yang valid, failsafe value yang dipilih. Sebuah parameter yang hilang tidak memberikan  perubahan  channel sepanjang  CCDL beroperasi.

2. Engine Fuel System (RB211)

BBM dipasok di bawah tekanan oleh pompa bahan bakar yang terletak di tangki bahan bakar. bahan bakar mengalir melalui katup spar, terletak di tangki utama. BBM tersebut kemudian dikelola sebagai berikut:
  • Kemudian melewati mesin pompa bahan bakar tahap pertama (tekanan rendah) di mana tekanan tambahan ditambahkan.
  • bahan bakar yang dipanaskan secara otomatis oleh oli mesin yang mengalir melalui penukar panas bahan bakar / minyak.
  • Sebuah filter bahan bakar tekanan rendahmenghilangkan kontaminan.
  • Tekanan akhir yang dihasilkan oleh pompa bahan bakar tahap kedua (tekanan tinggi).
  • BBM tersebut kemudian dikendalikan oleh Metering Satuan Bahan Bakar untuk memenuhi kebutuhan dorong yang ada.
  • bahan bakar mengalir melalui mesin Fuel Valve dan Bahan Bakar Flow Meter.
  • Bahan bakar mengalir melalui kedua,tekanan tinggi filter bahan bakar.
  • bahan bakar memasuki ruang bakar mesin.
Sistem kontrol bahan bakar mesin menggabungkan unit kontrol bahan bakar hidro-mekanik, yang beroperasi dalam hubungannya dengan unit EEC dan ELC. Aliran bahan bakar jadwal sistem kontrol bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan mesin dorong sebagai didikte oleh posisi dorong tuas dan kondisi operasi mesin tertentu. EEC trims bahan bakar meteran untuk mencegah overboost ketika beroperasi pada atau dekat batas dorong. The ELC juga trims bahan bakar meteran untuk mencegah N1 dari melebihi batas.















Spar Valve terletak di tangki bahan bakar utama dan Valve Mesin terletak di Control Unit Fuelmemungkinkan bahan bakar mengalir ke mesin saat katup keduanya terbuka.
Katup terbuka ketika Switch Mesin Api adalah IN dan FUEL PENGENDALIAN Switch pada posisi KAYA atau RUN.
Kedua katup dekat ketika salah Switch Fuel Kendali di cutoff atau Switch Mesin Api adalah OUT.
The ENG VALVE dan SPAR VALVE lampu akan menerangi sesaat sebagai katup membuka atau menutup. Jika katup tidak setuju dengan Switch Fuel Control atau masing-masing Api Beralih posisi setelah memungkinkan untuk waktu operasi normal, lampu tetap menyala dan EICAS pesan penasehat L / R FUEL SPAR VALVE atau L / R ENG menampilkan FUEL VALVE.
BBM disaring oleh dua [-tekanan rendah tinggi dan] filter. Jika [tekanan rendah] filter pertama menjadi tersumbat dengan mencemari, bahan bakar akan melewati filter yang memungkinkan bahan bakar yang terkontaminasi untuk masuk unit kontrol.
L / R ENG FUEL FILT EICAS pesan penasehat menampilkan untuk menunjukkan filter mesin yang terkena tersumbat dan mendekati tingkat yang cukup untuk menyebabkan saringan bypass.
operasi mesin tidak menentu dan flameout dapat terjadi karena kontaminasi bahan bakar.
Tujuan dari kedua saringan (tekanan tinggi) bahan bakar di hilir gubernur aliran bahan bakaradalah untuk menangkap puing-puing dari sebuah pompa bahan bakar memburuk tahap kedua (tekanan tinggi).


A.      PENGUKURAN ARUS BAHAN BAKAR
aliran bahan bakar diukur setelah melewati mesin bahan bakar Valve. aliran bahan bakar ditampilkan pada layar mesin sekunder. Informasi aliran bahan bakar juga diberikan kepada FMS untuk bahan bakar Digunakan dan bahan bakar Sisa perhitungan.

1.sistem operasi (TRENT 700)


-Mesin ini dilengkapi dengan system penuh Otoritas Mesin Digital Control (FADEC).
-Control System elektronikmesin, standar bagian nomor-EEC2000-04AS1,kemudian standar disetujui untuk RB211 Trent 768-60 dan 772-60.
-A9.0 EEC,kemudian standar yang disetujui untuk RB211 Trent 772B-60.

-A12.5 EEC ,kemudian standar yang disetujui untuk RB211 Trent 772C-60
∞. Aircraft Accessory Drives
aksesori mesin dapat dilengkapi dengan pompa hidrolik hingga dua dan satu terpadu Drive Generator untuk menyediakan tenaga listrik dan hidrolik untuk pesawat. Unit ini adalah bagian dari airframe resmi, dan bersertifikat di bawah peraturan JAR-25
∞. Keterbatasanoperasi
1.Climatic Operating Envelope
─climaticoperasi envelope
Mesin dapat digunakan dalam suhu ambient sampai dengan ISA + 40 ° C. Manual Instalasi untuk Rincian dari Envelope Operasi, termasuk distorsi saluran masuk Udara pada inlet mesin.
2.Turbine Gas Temperature – Trimmed (°C)

Di bawah 50% HP kecepatan, maksimum selama dimulai :
700
Maksimum selama relights dalam penerbangan:
850
Maksimum untuk lepas landas (5 menit batas)
900
Continuous maksimum (terbatas durasi):
850
Maksimum suhu berlebihan
920

Suhu gas turbin diukur oleh Termokopel diposisikan di taha ppertama nosel baling panduan dari LP turbin.

3.Fuel temperature (°C)
-minimal suhuBahan bakar padasaaatterbang:-54 (atau bahan bakar membekukan titik, adalah lebih tinggi.)
-minimal suhuBahan bakar dimulai dari take off:- 54
Bahan bakar maksimum suhu: 55
Batas suhu bahan bakar dikutip untuk kondisi mesin inlet.
4.Oil temperature (°C)
Minimum untuk mesinbarumenyala:
-40
Minimum untuk percepatan Power:
20
Maksimum untuk penggunaan tak terbatas:
190

∞. batastekanan
1.Fuel pressure kPa
Minimal ketetapantekanan inlet (di ukurpadamesin inlet ) 



 34,5 +tekananuap

Tekanan maksimum di inlet :

(i) terus menerus:
414
(ii) transiently:
483
(iii) statis:
1276




2. Oil pressure (kPa)
Minimal Tekanan oli :
(i) dipermukaan hingga 70% HP rpm 165
(ii) Di atas/padasaatterbang 95% HP rpm 345
(iii) oli yang di diijinkan maksimum konsumsi :l/hr:0,67



3. minimalataumaksimumkecepatan rotor yang di perbolehkan

HP
IP
LP
Referensi kecepatan, 100% rpm
10611
7000
3900
Maksimum untuk Take-off
(5 menit membatasi, lihat Catatan 2, 8, 9)
100,0%
103.3%
99,0%
Maksimum Overspeed
(20-detik membatasi, *lihatcatatan7dan 8)
100,0%
103.3%
99,0%
Maksimum terus-menerus melihat (catatan 10, 9)
99,1%
100.8%
98.2%
operasi di kecepatan  51 74% NL tidak diperbolehkan selama operasi statis..


*catatan :2.penghitungan landas dan keterbatasan operasi terkait dapat digunakan untuk 10 menit terjadi kegagalanmesin,.
7.Modifikasi posting 73-E502, kecepatan maksimum Take-Off untuk HP poros meningkat menjadi 101.7%. Kecepatan sinyal ditransmisikan ke pesawat sama ditunjukkan landas maksimum kecepatan sebagai pra-modifikasi standar (yaitu 100.0%.) Kecepatan maksimum terus-menerus HP poros juga mengangkat 99,1% menjadi % 100,1.
8.perbaikandariyg di tunjukan 73-C780, maksimum lepas landas kecepatan untuk LP dan HP shaft meningkat sampai 99.5% dan 100.7%. Kecepatan sinyal ditransmisikan ke pesawat, namun, di potong untuk menjagakesamaanpada kokpit sama ditunjukkanpadalepas landas darimaksimum kecepatan sebagai perbaikan standar (yaitumasing-masing 99,0% dan 100,0%.)
9. Modifikasi posting 73-E502, kecepatan maksimum Take-Off untuk HP poros meningkat menjadi 101.7%. Kecepatan sinyal ditransmisikan ke pesawat, namun di potong untuk menjagakesamaanpada kokpit sama ditunjukkanpadalepas landas darimaksimum kecepatan sebagai perbaikan standar (yaitu 100.0%.) Kecepatan maksimum terus-menerus HP poros juga mengangkat 99,1% menjadi % 100,1.
10. Maksimum terus menerus kecepatan keterbatasan didefinisikan di  Data lembar adalah tidak ditampilkan sebagai keterbatasan di A330 penerbangan.